Belajar Managemen Waktu dari “Buku Eat That Frog” – Brian Tracy.

Diposting pada

Waktu nggak bisa diatur, yang bisa diatur itu prioritas (managemen diri).

Eat that frog! Buku dari Brian Tracy ini mengurai cara-cara efektif memanajemen diri dan prioritas.

Katak yang dimaksud, ibarat sebagai pekerjaan penting, nilai bobotnya paling besar tapi sekaligus juga kegiatan yang paling malas untuk di-eksekusi.

Jadi jangan cuma dipandang saja, katak ini harus dimakan (baca=dikerjakan).

Jika pekerjaan ibarat katak hidup yang harus dimakan. Maka, nggak ada baiknya dibiarkan atau hanya dipandangi saja. Segera makan itu katak.

Jadi, Eat that frog=memakan katak, maksudnya adalah melakukan pekerjaan tersulit dan terpenting terlebih dahulu harus selesai “lebih awal” karena jenis pekerjaan ini memiliki nilai bobot yang kualitas tinggi.

Kalo selesai cepat maka akan menimbulkan sensasi rasa lega, bebas, seneng, nyaman dan lebih bahagia.

Kebanyakan orang nggak mampu menerapkan manajemen diri dengan baik yang menyebabkan mereka gagal mengelola waktunya.

Orang sukses itu nggak ada yang mengerjakan semuanya sendirian. Mereka sadar bahwa waktu dan tenaganya terbatas, sehingga harus bisa mengatur waktu menerapkan skala prioritas.

Mana yang penting, mana yang tidak.

Poin Bahasan Eat That Frog adalah soal managemen waktu

Secara garis besar, ini 9 poin bahasannya:

  1. Membantu mentukan 3 prioritas pekerjaan yang utama sesuai (hukum pareto 20/80)
  2. Gunakan metode ABCDE
  3. Terapkan metode Salami Slice
  4. Padukan dengan Swiss Cheese
  5. Gunakan waktu kita secara produktif
  6. Raih rasa semangat, pemicu endorphin
  7. Selesaikan hambatan, cari solusi
  8. Alokasikan waktu menyendiri
  9. Delegasikan tugas karena orang sukses gak ngerjain sendirian

Penjelasan singkatnya dari setiap poin diatas, kurang lebih sebagai berikut:

1. Menentukan 3 prioritas

Menentukan 3 prioritas utama pekerjaan yang paling penting, paling berdampak, memiliki bobot nilai yang tinggi. Gunakan prinsip pareto 20/80 untuk menyortirnya. Latih dirimu mengetahui mana saja bagian pekerjaan yang termasuk dalam 20% itu.

Sebab, kalo bisa mengerjakan yang dalam 20% ini saja, akan sudah bisa mewakili semua hasil pekerjaan yang 80%. Bukan sebaliknya mengerjakan pekerjaan yang porsinya 80% tapi cuma memberi efek hasil yang hanya 20%. Capai hasil lebih banyak dengan upaya lebih sedikit. Ini prinsip hukum pareto-nya.

2. Gunakan metode ABCDE

Untuk mengerjakan tugas sehari-hari gunakan metode ABCDE. Sortir pekerjaan dalam daftar ke dalam lima abjad. Arti dari kelima abjad-nya, yaitu:

  • A, pekerjaan yang wajib dan harus selesai.
  • B, pekerjaan yang seharusnya kamu kerjakan.
  • C, pekerjaan bagus jika bisa kamu selesaikan tapi nggak ada konsekuensi andai nggak selesai.
  • D, daftar pekerjaan yang bisa kamu delegasikan ke orang lain.
  • E, adalah pekerjaan yang bisa disingkirkan karena nggak ngasih dampak apapun.

3. Terapkan metode Salami Slice

Metode Salami Slice. Salami=sosis daging sebagai topping pizza. Slice=potongan-potongan. Salami slice, maksudnya menganjurkan kita untuk ngebagi pekerjaan paling penting jadi ukuran kecil-kecil (break down).

Sehingga jadi mudah menyelesaikannya. Yang menarik, saat membreakdown pekerjaan besar jadi potongan kecil-kecil ternyata tanpa sadar kita sudah banyak merampungkannya.

4. Padukan dengan Swiss Cheese

Teknik berikutnya Swiss Cheese ini agar memberi batasan waktu pada kita. Berapa lama seharusnya menyelesaikan pekerjaan. Misal ‘nulis’ harus selesai 30 menit. ‘Desain’ mesti selesai 1 jam. ‘Ngiklan’ selesai 30 menit.

Teknik ini tujuannya supaya kita punya momentum dan rasa pencapaian atas keberhasilan menyelesaikan pekerjaan penting dalam waktu yang sudah ditentukan. Challenging !

5. Gunakan waktu kita secara produktif

Buat waktu kita benar-benar produktif. Kita ini setiap hari makai banyak waktu selama dijalan saat berangkat dan pulang kerja. Ini waktu yang nggak sebentar, harusnya kita bisa pakai buat ngembangin diri.

Seperti dengarin podcast, audiobook, dll. Intinya Gunakan waktu yang ada, sebaik-baiknya buat mengupgrade diri menuju kesuksesan.

6. Raih rasa semangat, pemicu endorphin

Keberhasilan saat menyelesaikan tugas akan memicu endorphin. Jadi usahakan pekerjaan selesai. Done. Rampung. Tuntass!

Soalnya akan ngasih efek ke kita jadi merasa positif, semangat, lebih kreatif, jadi percaya diri yang akan berimbas pada semangat lagi bekerja menyelesaikan tugas yang lainnya. Ibarat bahan bakar-lah, ini.

7. Selesaikan hambatan, cari solusi

Semua pekerjaan ada hambatan-nya. Temukan faktor penghambatnya. Carikan solusi untuk menuntaskannya. Mislnya menggunakan bantuan teknologi. Sebab seharusnya adanya teknologi itu bisa ngebantu pekerjaan kita.

Memudahkan mencapai kesuksesan. Bukannya justru memperbudak kita. Cari teknologi yang tepat, sesuai kebutuhan dan jenis pekerjaan. Soalnya ada loh, teknologi yang nggak cocok meski canggih.

Ingat, bahwa teknologi itu diciptakan untuk membantu meningkatkan kecepatan bekerja supaya lebih efisien. Jangan kebalik, jangan malah terperangkap.

8. Alokasikan waktu menyendiri

Alokasikan waktu untuk menyendiri. Karena kamu adalah klien yang harus dilayani lebih utama. Kamu penguasa diri sendiri. Jadi ciptakanlah suasana hening, misal di pagi hari.

Enaknya sih pas jam 03.00 pagi, off-kan semua perangkat gadget dan alat komunikasi. Kalo bisa nguasaiin ini, kamu akan punya pikiran yang tenang, punya kesiapan serta kehati-hatian dalam mengerjakan pekerjaan.

9. Delegasikan tugas karena orang sukses gak ngerjain sendirian

Orang sukses nggak pernah mengerjakan semuanya. Ia menentukan skala prioritas dalam bekerja. Menyelesaikan hal-hal penting lebih dulu, yang berbobot paling besar. Bukan sibuk melakukan kegiatan-kegiatan nggak penting, yang kuantitas jumlahnya banyak dan terlihat seolah-olah sibuk. Awas, kamu terjebak!

Kesimpulan Eat That Frog!

Jujur, kadang saya masih terjebak mengerjakan pekerjaan paling ‘menyenangkan hati’ lebih dulu. Padahal, itu bukan termasuk jenis pekerjaan yang harus selesai dikerjakan di awal waktu (pagi).

Sehingga saat melakukan pekerjaan berikutnya, yang itu lebih berat jadi hasilnya nggak maksimal. Dikerjakan nggak efektif. Hasilnya tentu nggak sesuai yang diharapkan.

Setelah memahami intisari dari pesan Brian Tracy melalui buku Eat That Frog! Saya jadi makin hati-hati lagi, untuk tidak mengerjakan pekerjaan karena ‘ego’ tapi berdasarkan ‘kualitas yang benar-benar penting.’ Sekian, semoga bermanfaat untuk teman-teman.

2 komentar

    1. Wah, alhamdulillah kalau bermanfaat kak 🙂
      Semoga makin produktif dan banyak melakukan aktivitas positif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.