Ringkasan Buku Seni Hidup Minimalis – Francine Jay

Diposting pada

Diatas itu adalah foto salah satu rumahnya Francine Jay, yang saya ambil dari blog pribadinya yang berjudul: Empty, White Beautiful. Baiklah, saya akan nyoba ngasih resume terpenting dan paling teringat oleh saya dari bukunya miss minimalist francine jay yang berjudul seni hidup minimalis.

Pertama saya akan ngasih pemaknaan awal soal hidup minimalis, ya. Sekali lagi, yang saya berikan ini sifatnya random. Yang menurut saya harus diingat, harus disampaikan maka harus saya tulis.

Oke, langsung saja kita mulai.

1. Makna kosong dari sudut pandang berbeda

Banyak orang mengira kalau kata minimalisme itu sama dengan kosong. Tentu itu nggak menarik karena kosong mengindikasikan mengenai rasa kehilangan, kehampaan dan kesunyian.

Kita harus melihat kosong dari sudut pandang berbeda, kita harus melihat dari apa adanya dan bukan kesan lain. Sehingga bisa melihat ruang. Ya, ruang!

Kita semua butuh ruang. Sekarang kalau ruang kita beri makna dengan sesuatu yang kosong, lega, bersih, segar. Maka terletak sebuah keindahan minimalisme.

2. Kita hanya butuh sedikit barang.

Pernahkah Anda naik gunung? Betapa sedikit barang yang kita butuhkan untuk hidup. Tempat berteduh yang sederhana, pakaian untuk menjaga tubuh tetap hangat, air, makanan dan beberapa wadah penyimpanan.

Sebenarnya seperti itulah hidup kita. Kita hanya membutuhkan sedikit barang. Ada barang yang benar-benar penting dan kita butuhkan, namun ada juga barang yang nggak kita butuhkan.

Teman-teman coba buat daftar barang apa saja yang penting dan tidak. Berdasarkan inspirasi yang disampaikan dalam buku seni hidup minimalis-nya miss jay.

Saya telah mengumpulkan daftar barang-barang saya yang saya anggap penting: (KTP, Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, Ijazah, LM, BPKB Kendaraan, Serfitikat Rumah, dll).

3. Tiga kategori barang

Ada tiga kategori barang, yaitu barang fungsional, barang dekoratif dan barang emosional. Kita perlu mengelompokkan, memaknai serta mengetahui kegunaan setiap barang-barang tersebut.

Kita perlu mengenali barang-barang yang telah memakan waktu, uang, energi saat membeli, merawat serta menyimpannya.

Barang fungsional adalah barang yang punya kegunaan membantu menyelesaikan tugas rumah.

Barang dekoratif adalah barang yang sebenarnya tidak memiliki fungsi namun memuaskan kebutuhan kita dalam bentuk lain.

Misal, kita beli karena enak dipandang seperti lukisan. Vas bunga. Kursi berdesain modern. Dan beberapa barang yang terlihat nyeni.

Terakhir, barang emosional adalah barang yang memiliki nostalgia ikatan emosional seperti keramik warisan nenek, koleksi uang koin milik ayah. Barang-barang ini mengingatkan kita akan orang, tempat dan peristiwa penting.

Jika barang itu membuat Anda bahagia, letakkanlah di tempat yang terlihat jelas dan nikmati keberadaannya.

4. Rumah kecil, cukup.

rumah minimalis

Rumah kecil berdesain standar sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kita memiliki tempat tinggal dan berlindung. Terutama jika kita bandingkan dengan standar kehidupan di negara-negara berkembang lain.

Tapi teknik pemasaran, kemudian menentukan bahwa kita membutuhkan sebuah ruang kamar utama, kamar tidur untuk setiap anak.

Kamar mandi dengan fitur terpisah antara pengguna laki-laki dan perempuan, dapur yang dilengkapi perkakas canggih.

Lalu akhirnya kita anggap belum berhasil. Luas rumah sebagai penanda status. Sehingga semakin besar rumah, kebutuhan sofa, kursi, meja dan barang lain pun bertambah.

Iklan juga mendorong kita memaknai diri melalui pakaian idealnya pakaian bermerek. Jadi intinya di era media massa, tantangan menjadi minimalis itu nggak mudah.

Perlu kita ingat bahwa kenangan, mimpi, cita-cita tidak terbatas pada barang, melainkan ada dalam diri kita sendiri.

Barang kita bukanlah kita, yang menentukan siapa kita adalah tindakan, pikiran dan mereka yang kita cintai.

5. Sedikit barang=sedikit stress.

Makin kita punya banyak barang, makin stresslah kita. Sebab ada waktu, energi, uang yang kita alokasikan untuk merawat serta membeli. Kalo barang kita banyak, saya jamin akan stress.

Capek nyuci-nya. Lelah beresinnya. Pegel-pegel, kalo pindahan rumah. Kata miss jay. Kita merasa tidak pernah punya cukup waktu, mungkin barang-barang kitalah penyebabnya.

Saran: Coba kita hidup dengan 1/2 dari barang yang kita punya. Rasakan lega-nya ruangan. Rasakan nyamannya membersihkannya. Intinya sedikit barang=lebih merdeka.

6. Menjalani Seni Hidup Minimalis, jadi ringan saat pindahan rumah

Terakhir, saya pengen nyampaiin buat temen-temen semua yang masih memungkinkan untuk pindah rumah. Terutama penduduk kota. Milikilah sedikit aja barang, hanya yang benar-benar dibutuhkan (esensial) saja.

Sebab, semakin sedikit barang maka saat nanti kalian pindahan rumah akan semakin meringankan. Meringankan Anda, juga orang-orang yang terlibat pindahan rumah.

Tolong banget, agar dinoted. Hari ini saya lumayan capek banget, pegel nih badan habis bantuin pindahan, barangnya buanyak, berat-barat, juga sepertinya tidak semuanya adalah barang fungsional.

Jadi saya kira, kalau rumahnya tidak cukup besar untuk menampung banyak barang, ngapain nimbun barang dirumah. Rumah tempat saya tinggal, juga sangat kecil.

Tapi setelah menerapkan konsep hidup minimalis ada banyak sekali keringanan yang saya dapatkan. Saya benar-benar merasakan manfaat besar, dari gaya hidup minimalis.

Please, sayangi fikiran kalian. Kasih space ruang untuk otak kita berfikir dengan jernih, tenang rileks dan sisakan ruang kosong untuk rumah kalian.

Finally, hidup dengan sedikit barang (minimalis) itu adalah soal mindset. Nggak bisa juga dipaksakan ke orang lain, atau disarankan sebelum mereka menyadari dengan sendirinya.