Inna akromakum indallahi atqokum: Yang paling mulia di sisi Allah, ialah yang paling bertaqwa

Diposting pada

Hari ini, saya menyempatkan sholat tarawaih lagi di masjid hasal ghanie al amin, di daerah tirtajaya sukmajaya, depok, jawa barat setelah kemarin absen nggak tarawaih. Maasyaallah, tidak mengira kalau pada malam ke-16, ada kunjungan trawaih keliling dari lurah, camat dan mui sukmajaya.

Ada satu pelajaran yang saya bawa pulang ke rumah, selepas melaksanakan sunnah qiyamullail bulan ramadhan ini. Yaitu sebuah kalimat singkat: “Inna akromakum idnallahi atqokum.” yang artinya yaitu sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah, ialah mereka yang paling bertaqwa.

Wow! kata saya, taqwa lagi-taqwa lagi, rupanya.

Dalam anjuran melaksanakan ibadah puasa, seperti tertuang dalam surat albaqoroh, muara dari tujuan puasa adalah laalakum tattaqun. Atau supaya kamu menjadi orang yang bertaqwa. Terus, ada lagi ayat yang berbunyi begini: Wamannyattillaha, yajal lahu makhroja. Wa yarzuqhu min khaitsu la yahtasibu. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka akan dibukakan jalan keluar dari arah yang tidak di duga-duga.

Lagi-lagi, taqwa.

Sontak, saya merenungkan di sepanjang jalan ke rumah, dari masjid sambil menyetir motor mio usang saya. Sambil berazam kepada Allah, untuk berjuang meraih kedudukan ini. Dengan kemampuan yang saya bisa, tentunya. Ini mungkin tidak mudah, tapi insyaallah jika kita meniatkan untuk meraih itu, pasti akan dimudahkan.

Qs. Al-Hujarat Ayat 13

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا​ ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ‏ ١٣

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

Sumber: https://quran.com/49?startingVerse=13

Apa itu taqwa?

Menurut situs almanhaj.or.id, taqwa adalah sebab turunnya rezeki. Bahkan, pada bahasan lebih terperincinya dikatakan bahwa taqwa merupakan kunci rezeki.

Menurut Imam Ar-Raghib Al-Asfahani, taqwa adalah: Menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.

Sedangkan menurut Iman An-Nawawi, taqwa adalah: Menaati perintah dan laranganNya. Yaitu menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Alla. Kemudian hampir senada dengan penjelasan dari Iman Al-Jurjani, bahwa taqwa adalah menjaga diri dari siksa dengan mentaatinya.

Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.

Oleh karena itu, siapaun yang tidak menjaga diri dari perbuatan dosa maka ia tidak bertaqwa. Orang yang melihat dengan kedua matanya, apa yang diharamkan Allah, mendengar yang tidak diperkenankan Allah, serta mengambil yang bukan hak-nya, menjalankan kaki ke tempat yang tidak dibolehkan Allah, berarti ia tidak menjaga diri dari dosa.

Maka, mereka itu tidak termasuk orang yang bertawa.

Taqwa merupakan Kunci Rezeki

Siapa yang tak ingin rezekinya lancar?

Hampir pasti, nggak ada dan semua orang berharap supaya rezekinya lancar. Tapi sayangnya, tidak semua memahami bahwa kunci rezeki lancar adalah taqwa. Banyak orang yang mengira kalau urusan kekayaan, persoalan rezeki semata-mata karena bisnis, investasi, pekerjaan bergaji tinggi.

Itu tidak salah, tapi menurut saya jika belum memahami bahwa taqwa merupakan kunci rezeki saya menganggap bahwa orang-orang seperti itu belum ngena ke esensinya. Ini loh, yang kalian cari-cari selama ini, yaitu tawqa kepada Allah.

Ada banyak definisi soal kekayaan, soal rezeki lancar. Selain setiap orang bisa merasakan sendiri, mengukur kamu ini rezekinya sudah lancar atau belum ya. Tapi terlepas bahwa kamu rezekinya sudah lancar atau belum, sekali lagi saya ingin mengajak kepada sahabat pembaca semua bahwa mari kita kembalikan lagi kepada fitrahnya, bahwa taqwa ini yang kita cari bukan rezeki.

Takwa ini iyang kita perjuangkan, bukan kekayaan (hasil) dari ikhtiar kita. Taqwa inilah yang abadi, pekerjaan seumur hidup kita. Karena tidak hanya untuk dunia kita hidup, tapi juga masih ada bagian pembalasan di akhirat. Di dunia ini, waktunya kita cari perbekalan sebanyak-banyaknya. Supaya kelak di akhirat tidak mendapatkan timpalan balasan yang buruk.

Dalil Taqwa

Ada banyak ayat alquran yang menerangkan dan memperkuat hal ini. Diantaranya, yaitu:

  1. At-Thalaq/65 : 2-3
  2. Al-A’raf/7 : 96
  3. Al-Ma’idah/5 : 66

Dalam ketiga ayat tersebut dijelaskan bahwa:

  1. Menurut ibnu abbas, Allah akan mengadakan jalan keluar dari setiap kesusahan di dunia dan akhirat. Masih dari ibnu abbas, bahwa cara Allah dalam memberi rezeki hambanya sangat luar biasa, yaitu bahwa sebelumnya tak pernah mengangankan, tak pernah terlintaas dalam benaknya sebelumnya. Sungguh, luar biasa keajaiban taqwa.
  2. Mengenai ayat nomor dua ini, Sayyid muhamad rasyid ridho, menafsirkan: Adapun orang-orang yang beriman maka apa yang dibukakan untuk mereka adalah berupa berkah dan kenikmatan. Dan untuk hal itu, mereka senantiasa bersyukur kepada Allah, ridha terhadapNya dan mengharapkan karuaniaNya. Lalu mereka menggunakannya di jalan kebaikan, bukan jalan keburukan, untuk perbaikan bukan untuk merusak. Sehingga balasan bagi mereka dari Allah adalah ditambahnya berbagai kenikmatan di dunia dan pahala yang baik di akhirat.
  3. Juga menurut Imam Ar-razi, masih menerangkan penjelasan dari ayat nomor dua. Ini bagus banget: Langit dan bumi ini laksana ayah dan ibu. Keberkahan langit dengan turunnya hujan, keberkahan bumi dengan tumbuhnya berbagai tanaman dan buah-buahan, banyaknya hewan ternak dan gembalaan serta diperolehnya keamanan dan keselamatan. Dari keduanya diperoleh semua bentuk manfaat dan kebaikan berdasarkan penciptaan dan pengurusan Allah.
  4. Seandainya mereka mengamalkan apa yang ada di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an –demikian seperti dikatakan oleh Abdullah bin Abbas Radhhiyallahu anhuma dalam menafsirkan ayat tersebut, niscaya Allah memperbanyak rizki yang diturunkan kepada mereka dari langit dan yang tumbuh untuk mereka dari bumi.
  5. Syaikh Yahya bin Umar Al-Andalusi berkata : “Allah menghendaki –wallahu a‘lam- bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yang diturunkan di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an, niscaya mereka memakan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Maknanya –wallahu a’lam- niscaya mereka diberi kelapangan dan kesempurnaan nikmat dunia”

Kesimpulan

Taqwa adalah kunci rezeki. Taqwa adalah ukuran Allah kepada hambanya. Bukan kebanyakan seperti kita, mengukur kemakmuran hidup orang lain, yang hanya dari kekayaan harta, jabatan, status.

So, untuk itu maka siapa saja yang menginginkan keleluasaan rizki dan kemakmuran hidup, hendaknya ia menjaga dirinya dari segala dosa. Seyogiayanya ia menta’ati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.