Ahmad Fuadi: Menulis Dari Hati Pasti Sampai ke Hati Pembacanya

Diposting pada

Ahmad Fuadi membagikan sebuah filosofi menulis yang sangat luar biasa bagi saya. Benar-benar tepat sekali, ia dalam memberikan definisi kekuatan menulis.

Peraih mega best seller novel negeri 5 menara itu, menggambarkan kalau tulisan sebagai sesuatu yang jauh lebih ampuh ketimbang peluru.

Jika peluru itu mematikan, dalam sepersekian detik. Tulisan, justru menghidupkan. Jleb!

Uniknya, prosesnya juga lama. Semakin lama dibaca, semakin kuat dan hidup. Noted!

Maka tulisan itu lebih ampuh ketimbang peluru, kalau satu peluru hanya bisa menembus satu kepala. Satu tulisan Anda, bisa menembus jutaan kepala manusia.

Efektif banget bukan? Baiklah, jadi bagaimana tips menulis ala Ahmad Fuadi?

4 Tips Menulis Ahmad Fuadi

Dari bebarapa video motivasi langsungnya Ahmad Fuadi. Saya berkesimpulan, bahwa tips menulis beliau yang bisa kita tiru dan kembangkan saya ringkas dalam empat gagasan berikut ini:

1. Tulisan lebih kuat daripada peluru

Peluru itu mematikan, dalam sepersekian detik. Sedangkan tulisan justru, malah menghidupkan jika dibaca.

Semakin dibaca, semakin menghidupkan. Itulah juga yang dalam islam dinamakan sebagai Amal Jariyyah (ilmu bermanfaat) terkhusus ilmu agama.

ahmad fuadi, tulisah lebih ampuh dari peluru

Maka menulislah. Tembuslah kepala jutaan manusia, dengan tulisan baik yang menginspirasi. Maka ngebloglah, supaya bisa menjangkau banyak orang dalam waktu 24 jam. Baik salam dan luar negeri.

2. Karpet terbang

Katanya, dengan menulis jadi bisa kemana-mana. Diundang ke kampus di Amerika, keliling benua dan 50 negara, diundang dalam acara-acara seminar. Banyaklah yang disebabkan berkat tulisan.

Jadi tulisan sebagai wasilah. Penghantar. Nggak terbatas pada menulis novel, tentunya. Tapi menulis ada banyak sekali manfaat lainnya. Temukan karpet terbangmu sendiri.

3. Menulislah dari hati

Menulislah dari apa yang paling kita cintai. Kuasai. Karena menulis dari hati, akan sampai ke hati.

A. Fuadi

Ini quote inspiring banget deh.

Ciri-ciri mengetahui apa yang kita cintai kata A. Fuadi: Jika kita nggak capek ngobrolin terus. Bahkan hingga 24 jam kita nggak bosen. Itu adalah topik (niche) kamu, yang bisa kamu mulai untuk tulis.

Tugas Anda sekarang adalah. Memburu harta terpendam yang ada dalam diri kalian.

4. Man jadda wa jadda. Man shabara zhafira.

Kalau novel negeri lima menara itu bercerita tentang siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan berhasil (man jadda wa jadda).

Lalu novel ranah 3 warna, adalah sekuelnya bahwa bersungguh-sungguh saja nggak cukup. Haruslah bersabar (man shabara, zhafira).

Jarak sukses dengan kesungguh-sungguhan itu dekat. Tapi harus ada kesabaran.

Maka, bersungguh-sungguhlah jika kalian menulis. Iringi juga dengan kesabaran.

Motivasi Menulis Ahmad Fuadi

Nah, jadi apa motivasinya uda Ahmad Fuadi, sejak awal kali menulis. Perjalanan menulisnya adalah dari SMP ketika ia mulai membuat tulisan dalam buku diari.

Nah, sebenarnya persoalan buku diari ini lumrah banget bagi beberapa penulis. Bahkan sekelas kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy) sekalipun punya diari.

Nah suatu hari, mas fuadi ini diminta ibunya untuk mondok di sebuah pesantren di gontor jawa timur.

Lalu dengan setengah hati, berangkatlah ia mematuhi sang ibunya. Ia nggak berani menolaknya. Namun justru, inilah yang menjadi titik balik kesuksesannya.

Selama di pondok, ia selalu berkirim surat dengan ibundanya.

Lantas terkumpul beberapa surat. Nah, dulu waktu SD. Ibundanya, adalah seorang guru. Ketika pulang dari mengajar, ibunya selalu menulis sesuatu dalam sebuah buku.

Ahmad fuadi ini penasaran, sebenarnya apa yang dituliskan ibunya.

Pas ibunya pergi ke pasar, ia benar-benar penasaran dan membuka isinya. Bahwa ternyata yang dituliskan ibunya adalah kisahnya sendiri.

Dia baru sadar, ooo.. ternyata kisah sendiri bisa dibukukan juga. Nah, ini yang memotivasi beliau nulis.

Lalu pengalaman masuk ke pondok pesantren di gontor yang setengah hati itulah dibuat sebagai tulisan dalam novel negeri lima menara.

Jadi sangat kuat banget, proses pembentukan otot menulisnya adalah sejak lama. Serta dilatih berulang-ulang. Lantas, apa motivasi menulismu, anak muda?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.