Hidup adalah Permainan, maka Bermain-Mainlah !

Diposting pada

Jika selama ini Anda merasa kehidupan ini berat. Barangkali Anda belum bermain-main. Bahkan Alquran sekalipun, menyebut: “Innal hayatud dunnya illa lahwu walaib.”

Kenapa Allah memilih kata permainan? Afa laa ta’qilun? Analogi kehidupan ini seperti candaan, bermain. Tapi, kita nggak boleh protes. Yang harus kita lakukan adalah ‘memikirkannya’.

Setiap permainan memang aktivitas yang seru dan membuat pelaku-nya riang. Saat bermain, rata-rata semuanya bahagia. Fun. Gembira. Seperti itulah seharusnya kita memainkan hidup yang penuh dengan “kejutan.”

Jadi, premisnya sudah kita dapatkan ya. Hidup ini Allah hadiahkan buat kita untuk dijadikan bersenang-senang. Kata yang lebih halus, maksud saya adalah untuk bahagia. Bukan tersiksa atau malah terbebani.

Namun bagaimana cara bermain yang memberikan rasa bahagia? Bukankah ujian, cobaan selalu ada sebagai bumbu kehidupan? Bukannya “Inna ma’al ushri yushro?”

Berikut ini cara mengurai agar hidup Anda selalu bahagia melalui bermain.

1. Tersenyum

Ini cara paling simpel, instant tapi nggak menjamin mudah dilakukan terutama saat sedih karena menghadapi ujian. Kadang melebarkan bibir hingga 7cm kesamping sekalipun tidak lantas membuat hati ikutan bahagia.

Memaksa tersenyum memang sedikit membahagiakan, namun belum totalitas karena harus bebarengan dengan senyum ikhlas dari hati.

Coba Anda praktik tersenyum bersamaan dengan hati. Rasakan energi ihklas. Pasti, bahagianya totalitas. Tersenyum sudah jadi hal wajib untuk kita lakukan setiap hari. Jangan sampai lupa bahwa kita masih bisa “tersenyum.”

2. Memberi

Berharap terlalu banyak, itu sumber kemiskinan hati. Akibatnya Anda malah bisa mengalami krisis kebahagiaan. Terkadang penyebab orang bahagia bukan karena banyak menerima rezeki, melainkan karena hal kecil dari memberi.

Ada semacam efek lega. Puas sehabis memberi. Itu yang menyenangkan dari memberi. Sedangkan terlalu banyak menerima seolah-olah hati kita merasa seperti berhutang untuk mengembalikan (membalas).

3. Bersyukur

Ada orang yang selalu merasa dirinya tak sesempurna yang lainnya. Akibat itu hidup dipenuhi ambisi kesempurnaan yang semu. Kok semu? Iya, sebab nggak ada kesempurnaan di dunia ini.

Padahal ada juga loh, orang yang lebih dibawah namun malah bahagia.

Tidak benar, kebahagiaan selalu bersyarat kesempurnaan. Orang yang enggak difasilitasi rumah sebesar istana, mobil mewah ratusan juta. Banyak yang malah sangat bahagia.

Apa kunci mereka? Tidak lain karena bersyukur. Menerima diri dengan cukup. Gratefull.

Aih, udah dulu ya. Sekian aja untuk hari ini. Yang penting yuk kita praktikan ketiga poin diatas. Tersenyum. Memberi & bersyukur.

Kesimpulan.

Hidup ini memang permainan, totally i agree. Yang jadi masalah ialah banyak orang nggak lincah memainkan. Bahkan malah ada juga nggak ngerti apa konsepnya. Padahal Alquran sejak 1400 tahun yang lalu mencatat: ‘Hidup hanyalah senda gurau dan permainan.’

Ketidaktahuan itulah penyebab mereka tidak bahagia.

So, permainan hidup ini harus Kamu menangkan. Kunci kelulusan hidup, seseorang dikatakan menang, kalo mereka bisa berbahagia kapanpun, dimanapun, dalam kondisi apapun.

Sekian, Mr. Hakim

10 komentar

  1. Terkadang saya sering punya ambisi berlebihan. Angan-angan yang terlalu besar terhadap sesuatu yang belum saya miliki sehingga terkadang saya lupa untuk mensyukuri apa-apa yang telah saya punya.

    1. Iya mas, bersyukur memang mudah tapi seringnya kita lupa. Hehe,.. 🙂

      Punya cita-cita besar, bagus mas. Malahan, harus berani bermimpi besar sampai orang lain bilang: Kamu gila!

  2. Keren Blog-nya Mas Lukman.
    Nama blog-nya gue banget.. sebagai orang Introvert akut, saya merasa auto-suka dengan blog mas ini. Apalagi isinya ada unsur-unsur religius yang ditulis dengan bahasa ringan namun berbobot.
    Salam kenal Mas Lukman Hakim.

    1. Salam kenal mas yayan. Wah, saya ketemu orang hebat disini. Hehe, ginilah pak adanya blog saya 😅 dibuat secara spontan,.. Ditulis sebisanya 😅 sambil terus belajar..

      1. Spontan-nya saja sekeren ini, gimana kalo benar-benar dipersiapkan. Dari tulisan-tulisan Mas Lukman, ketauan ilmunya padat dan Mas banyak membaca literasi. Saya miskin literasi dan mesti banyak belajar dengan mas Lukman.

        1. Masih kurang mas, baru sedikit buku yang saya baca. Terlebih buku-buku bertema islami yang seharusnya lebih penting dan perlu untuk dibaca. Di blog mas yayan, saya banyak belajar juga soal blogging. Masyaallah, jauh ketinggal saya dan pengalaman masih sedikit.

  3. Jadi pengen komen mengenai artikel ini. Karena banyak menyadarkan saya tentang kondisi saya sendiri yang sering merasa kurang beruntung. Ternyata bukan kurang beruntung, tapi kurang bersyukur.
    Mungkin saya terlalu serius mencintai dunia, padahal dunia ini sudah pasti akan ditinggalkan. Maka anggap saja bermain-main, jangan terlalu serius, karena yang mesti diseriusin itu adalah urusan akhirat.
    (“Fa ammal insaanu izaa mab talaahu Rabbuhuu fa akramahuu wa na’ ‘amahuu fa yaquulu Rabbiii akraman.
    Wa ammaaa izaa mabtalaahu faqadara ‘alaihi rizqahuu fa yaquulu Rabbiii ahaanan.
    Kalla bal laa tukrimuuu nal yatiim.
    Wa laa tahaaadduuna ‘alaata’aamil miskiin.
    Wa taakuluunat turaasa aklal lammaa.
    WA TUHIBBUUNAL MAALA HUBBAN JAMMAA” – Al Fajr: 15-20)
    Baiklah.. mari kita anggap dunia ini permainan sementara belaka, hingga susahnya tak akan lama, senangnya tak perlu dihirup dengan serakah..

    1. Betul mas, seringnya hilang syukur karena melihat dari luar kita yang lebih sempurna hidupnya dan enak kelihatannya. Padahal, belum tentu juga. Ada yang tidak nampak dari mereka, namun yang ditampilkan sisi sempurnanya. Kita pun, jadi iri dan kufur sama diri sendiri. Masyaallah, itu ayat yang selalu membuat merinding kalo didengarkan,..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.