Ringkasan buku Start With Why – Simon Sinek

Diposting pada

Halo semua, apa kabarnya. Apa kalian ingin membeli buku start with why karya Simon Sinek ini, tapi mau lihat dulu short resensinya? Isi seperti apa?

Baiklah. Saya akan coba bantu mengulas sedikit poin-poin yang menurut saya penting dan sangat menarik ya.

Sebelumnya, buku “start with why” bagi saya adalah buku spesial di bulan Januari 2022 setelah buku-buku karya Austin Kleon (yang ketiga bukunya selesai saya lahap dan mewarnai sepanjang Desember 2021 dengan pemikiran kreatif Austin).

Buku Simon Sinek juga tuntas kurang dari 30 hari. Artinya apa?

Artinya bahwa, isi buku atau bahasannya bagi saya terbilang “excellent” dan saya highly recomended buku ini buat Anda baca.

Insyaallah Anda akan mendapatkan manfaat, sudut pandang baru dan penting dalam kehidupan dan bisnis.

Oke, baiklah. Langsung aja, yuk. Lanjut ke isi buku dan pembahasan ringkasannya dimulai dari poin paling penting menurut saya ya.

Spesifikasi Buku

start with why
Buku Start With Why edisi Bahasa Indonesia

Judul: Start With Why
Sub judul: How great leaders inspire everyone to take action
First published in 2009 by portofolio, a member of penguin gruoup (usa) inc.
Penulis: Simon Sinek, Web: simonsinek.com
Penerbit: GPU (Gramedia pustaka utama)
Jumlah Halaman: 358
Bahasa: Indonesia
Cover: Soft Cover

Link untuk membeli: Gramedia.com

Saya kira, cukup untuk uraian deskripsi bukunya. Kita lanjut ke bab-bab dalam bukunya.

Daftar Isi

Pendahuluan: Mengapa mulai dengan mengapa?
Bagian 1: Dunia yang tidak dimulai dengan pertanyaan mengapa

  • Berasumsi bahwa kita tahu
  • Hadiah dan hukuman
    Bagian 2: Sudut pandang alternatif
  • Lingkaran emas
  • Ini bukan pendapat, ini biologi
  • Kejelasan, disiplin, konsistensi
    Bagian 3: Pemimpin butuh pengikut
  • Munculnya kepercayaan
  • Bagaimana tipping point bekerja
    Bagian 4: Cara menggalang orang-orang yang percaya
  • Mulai dengan mengapa, tetapi ketahui bagaimana caranya
  • Tahu mengapa, tahu bagaimana lalu apa?
  • Komunikasi bukanlah soal bicara, tapi soal mendengarkan
    Bagian 5: Tantangan terbesar adalah sukses
  • Ketika mengapa menjadi kabur
  • Keterpisahan memang terjadi
    Bagian 6: Menemukan mengapa
  • Asal mula mengapa
  • Persaingan baru

Nah, diatas adalah daftar isinya ya.

Saya nggak akan jelasin semuanya, saya cuma akan jelasin poin-poin yang paling relate dan saya tangkap. Semoga saya juga bisa terus mengingat bagian berikut ini:

Inspirasi vs Manipulasi

Kisah pembuka cerita ini diawali dari Samuel Pierpont Langley. Dia seorang pejabat senior di Smithsonian Institution, Sekaligus prefesor matematika yang juga bekerja di Harvard.

Teman-temannya termasuk orang-orang yang paling berkuasa di pemerintahan dan bisnis. Ternasuk Andrew Carnegie dan Alexander Graham Bell.

Langley bahkan menerima hibah sebesar 50 ribu dolar AS dari Departemen Perang AS untuk mendanai proyeknya.

Dia mengumpulkan orang orang yang paling cerdas pada eranya. Tim impian sejati dari berbagai bakat dan pengetahuian praktis. Langley dan timnya menggunakan bahan-bahan terbaik dan wartawan mengikutinya kemana-mana.

Orang diseluruh dunia takjub dengan kisahnya, menanti-nantikan berita bahwa dia telah mencapai tujuannya.

Bersama tim yang telah dia kumpulkan serta sumber daya yang berlimpah. Kesuksesan terjamin dalam genggaman.

Namun benarkah begitu?

Ada satu kisah lagi, yang tak kalah menginspirasi.

Beberapa mil jauhnya dari langey. Wilbur dan Orville Wright sedang mengerjakan mesin terbang mereka. Passion mereka untuk terbang begitu kental, sehingga menginspirasi semangat dan komitmen suatu kelompok kecil yang begitu berdedikasi di kota kelahiran mereka, Dayton, Ohio.

Tak ada pendanaan. Tak ada hibah dana. Tak punya koneksi tingkat tinggi. Tak ada satupun anggota tim mereka yang memeiliki ijazah tingkat lanjut atau pendidikan bersekolah tinggi. Termasuk Wilbur dan Orville.

Namun, tim itu bersatu di sebuah bengkel sepeda sederhana dan mewujudkan visi mereka. Pada 17 Desember 1903, sekelompok kecil orang menyaksikan seorang pria terbang untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Bagaimana Wright bersaudara bisa sukses, sementara tim yang memiliki sumber daya lengkap, dana berlimpah, dan tim berpendidikan tinggi tidak sukses?

Ini bukan tentang keberuntungan, kata Simon Sinek. Wright bersaudara dan Langley sama-sama bermotivasi tinggi. Keduanya memiliki etika yang kuat dan otak ilmiah yang hebat. Bahkan tujuan mereka pun sama.

Namun hanya wright bersaudara yang mampu menginspirasi orang-orang disekitar mereka dan benar-benar memimpin tim untuk mengembangkan teknologi yang akan mengubah dunia.

Hanya wright bersaudara lah yang memulai proyek itu dengan pertanyaan Mengapa.

Hukum Penyebaran (Tipping Point)

the tipping point
The tipping point book by malcom gladwell

Tipping poin ini apa?

Istilah tipping point dipopulerkan oleh Malcom Gladwell dalam bukunya yang terbit pada tahun 2000 yang berjudul: The Tipping Point. Gladwel mengenali kelompok-kelompok tertentu di populasi yang dia sebut sebagai penghubung dan pemengaruh.

Lalu, masih nyambung soal tipping point, pada tahun 1962 ada buku dari Everett M. Rogers berjudul Diffusion of Innovation. Ia menjelaskan secara resmi bagaimana inovasi menyebar dalam masyarakat. Ia juga menjelaskan penyebaran gagasan atau ide.

Populasi dunia kita ini, terbagi oleh lima kelompok yang disebut dengan:

  1. Inovator 2,5%
  2. Pelopor 13,5%
  3. Mayoritas dini 34%
  4. Mayoritas lambat 34%
  5. Kaum kolot 16%

Innovator adalah sekelompok kecil orang didunia ini yang menantang kita semua untuk melihat dan memikirkan dunia dengan cara yang agak berbeda. Kalo mau contoh, misalnya steve job.

Baca: 3 kisah steve job dalam pidato kelulusan tentang connecting dots, cinta dan kehilangan & kematian

Pelopor

Pelopor, mereka adalah orang-orang yang fanatik dan punya pandangan nilai yang sama dengan innovator. Mereka biasanya mau membayar mahal produknya, atau rela antri demi mendapatkan yang paling pertama.

Mayoritas Dini

Mayoritas dini dan mayoritas lambat adalah masyarakat umum yang punya cara berfikir praktis. Faktor-faktor rasional itu lebih penting. Mayoritas dini sedikit lebih nyaman dengan gagasan dan teknologi baru. Sementara mayoritas lambat tidak begitu.

Kaum Kolot

Kaum kolot adalah orang kuno, yang paling susah menerima innovasi dan teknologi. Mereka membeli telpon tombol tekan, bukan layar sentuh karena pabrik pembuat telepon tombol putar sudah nggak memproduksi lagi. Apa pelajaran yang kita dapatkan?

Begini. Sebagai seorang marketing, ini saya ambilkan contoh sudut pandang marketing ya karena kebetulan saya pelaku dalam dunia pemasaran.

Mengenal hukum penyebaran (tipping point) akan memberi kita kemudahan dalam memasarkan produk yang kita jual. Kita sebaiknya memilih dan memfokuskan customer terlebih dahulu dari sisi kiri kurva.

Mereka adalah orang-orang yang membeli karena “mengapa” sehingga kita bisa menjual produk dengan lebih mudah dan dengan harga yang lebih mahal.

Sebaliknya orang di sisi kanan kurva adalah orang yang membeli karena manipulasi atau karena harga murah, atau promosi.

Bahkan tidak cukup sampai disitu, mereka tidak pernah puas dengan produknya yang dibeli dan mereka yang paling banyak melayangkan komplain. Menyebalkan!

Terjadinya Trust (Kepercayaan)

Trust, atau kepercayaan orang lain kepada kita.

Terjadi, apabila kita melakukannya berulang-ulang. Saya langsung ingat soal branding disini. Nah, saya kan sejak 2017 memang memasarkan rumah. Saya menginfokan secara kontinyu rumah-rumah yang saya pasarkan, edukasi rentang properti.

Baik melalui status wa, ataupun instagram. Maka, banyak orang terdekat yang saat ingat nama saya mereka langsung mempercayai saya sebagai seorang agen pemasaran properti.

Begitulah trust. Terbentuk dalam waktu yang tidak sebentar, dan karena diulang-ulang.

Rev. 1 16/6/2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.